Laman

Rabu, 13 Februari 2013

MEMAHAMI KATA WIHDATUL ADYAN (kesatuan agama)


Pada dasarnya agama-agama berasal dari dan akan kembali kepada pokok yang satu, karena memancar dari cahaya yang satu. Pandangan ahli wahdah tegas bahwa pada dasarnya agama yang dipeluk oleh seseorang merupakan hasil pilihan dan kehendak AL-ILAH bukan sepenuhnya pilihan manusia sendiri.  
Dan hal ini merupakan konsekuensi dari kesadaran diri atas ‘kehadiran’ AL-ILAH di setiap tempat dalam semua agama. Menurutnya, penyembahan melalui konsep monoteisme atau politeisme tak masalah bagi AL-ILAH karena pada dasarnya hanya berkaitan dengan logika, yakni yang satu dan yang banyak. Dari situ, jika ditelusuri akan dijumpai kepercayaan-kepercayaan yang apabila ditafsirkan akan mengarah kepada satu AL-ILAH ... 

Konsep WAHDATU AL-ADYAN ini, memaknai konsep pluralisme lebih sebagai upaya bagaimana memahami dan menghormati sebuah perbedaan bukan mempermasalahkan perbedaan keIMANAN. Namun bukan berarti konsep ini menghendaki usaha penyatuan agama (sinkretis) atau pencampuradukan agama-agama atau mempersalahkan melompat-lompat dari satu agama ke agama yang lain, justru konsep ini menghendaki sesesorang memeluk dengan konsekuen agama yang diyakininya tanpa embel-embel dan pemberian label negatif terhadap agama yang lain ... BAGI yang suka terbakar dengan konsep PLURALISME ... Sungguh kasihan sekali kalian .... TERJEBAK PADA AGAMA ... bagai mana KALIAN menuju KEMERDEKAAN (khaiya 'alal falaakh ) seperti PETUNJUK ROSULmu ... agama yang seharusnya menjadi pemersatu malah menjadi pemisah satu sama lainnya sehingga semakin terkotak-kotak.

راْيت ربي بعين قلب
فقلت من اْنت قال اْنت

Aku melihat Tuhanku dengan mata hati
Maka aku bertanya, "siapa kamu?"
Dia menjawab: "kamu....

syaikhunaa- Al-Husain bin Manshur al-Hallaj.

PESAN-PESAN BELIAU

 1. Allah menghijab mereka dengan Nama, lantas mereka pun menjadi hidup. Seandainya Dia menampakkan Ilmu Qudrat pada mereka, mereka akan hangus. Seandainya hijab hakikat itu disingkapkan niscaya mereka mati semua.

2. Tuhanku, Engkau tahu kelemahanku jauh dari rasa bersyukur kepadaMu, karena itu bersyukurlah pada DiriMu bukan dariku, karena itulah sesungguhnya bersyukur, bukan yang lain.

3. Siapa yang mengandalkan amalnya ia akan tertutupi dari yang menerima amal. Siapa yang mengandalkan Allah yang menerima amal, maka ia akan tertutupi dari amal.

4. Asma-asma Allah Ta’ala dari segi pemahaman adalah Nama ansich, tapi dari segi kebenaran adalah hakikat.

5. Bisikan Allah adalah bisikan yang sama sekali tidak mengandung kontra.

6. Suatu ketika Al-Hallaj ditanya tentang al-Murid, “Ia adalah orang yang dilemparkan menuju kepada Allah, dan tidak akan berhenti naik sampai ketika ia sampai.”

7. Sama sekali tidak diperbolehkan orang yang mengenal Allah Yang Maha Tunggal atau mengingat Yang Maha Tunggal, lalu ia mengatakan, “Aku mengenal Al-Ahad” padahal ia masih melihat individu-individu lainnya.

8. Siapa yang dimabukkan oleh cahaya-cahaya Tauhid, ia akan tertutupi dari ungkapan-ungkapan Tajrid (menyendiri bersama Allah). Bahkan, siapa yang dimabukkan oleh cahaya-cahaya Tajrid, ia akan bicara dengan hakikat Tauhid, karena kemabukan itulah yang bicara dengan segala hal yang tersembunyi.

9. Siapa yang menempuh kebenaran dengan cahaya Iman, maka ia seperti pencari matahari dengan cahaya bintang gemintang.

10. Ketika Allah mewujudkan jasad tanpa sebab, demikian pula Allah mewujudkan sifat jasad itu tanpa sebab, sebagaimana hamba tidak memiliki asal usul pekerjaannya, maka, hamba itu pun tidak memiliki pekerjaannya.

11. Sesungguhnya Allah Ta’ala, Maha Pemberi Berkah dan Maha Luhur, serta Maha Terpuji, adalah Dzat Yang Esa, Berdiri dengan DiriNya Sendiri, Sendiri dari yang lain dengan Sifat QidamNya, tersendiri dari yang lainNya dengan KetuhananNya, tidak dicampuri oleh apa pun dan tidak didampingi apa pun, tidak diliputi tempat, tidak pula di temukan waktu, tidak mampu difikirkan dan tidak bisa tercetus dalam imajinasi, tidak pula bisa dilihat pandangan, tidak bisa diarusi kesenjangan.

12. Akulah Al-Haq, dan Al-Haq (Allah) Benar, Mengenakan DzatNya, di sana tak ada lagi perbedaan.

13. Ketika ditanya tentang Tauhid, ia menjawab, “Memisahkan yang baru dengan Yang Maha Dahulu, lalu berpaling dari yang baru dan menghadap kepada Yang Maha Dahulu, dan itulah hamparan Tauhid.

14- Beramallah sebanyak yang kamu mau namun rahasiakanlah amalmu sampai dirimu sendiri tiada melihat pada amal itu

15- Aqal bertugas untuk mengkaji sesuatu yang tak terbatas apakah hanya dengan bahasa kamu sekalian lupa dengan makna yang tersirat dari kata yang terucap ,,,
16- Syukuri dari hal terkecil dan ilmu bukan menjadi hijabmu dariNya  


Tidak ada komentar:

Posting Komentar